Teruntuk Ayahanda
Presiden di Istana Khalifah.
Aku hanya seorang ibu dari Kalimantan Timur, lebih tepatnya Samarinda. Ku awali surat ini dengan cinta dan penuh rasa hormat untukmu, ayahandaku. Dengan penuh perasaan riuh rendah yang mengalir, bergemuruh lalu menggulung-gulung dalam benak. Perasaan was-was dan kasih sayang yang begitu besar kepada bangsaku, pada keluargaku, pada orang-orang dan tanah yang sudah begitu dekat dalam hari-hari, lalu tahun-tahun yang kulalui dalam kehidupanku. Aku ingin sampaikan setitik harapan dari dasar samudra cinta seorang ibu.
Aku hanya seorang ibu dari Kalimantan Timur, lebih tepatnya Samarinda. Ku awali surat ini dengan cinta dan penuh rasa hormat untukmu, ayahandaku. Dengan penuh perasaan riuh rendah yang mengalir, bergemuruh lalu menggulung-gulung dalam benak. Perasaan was-was dan kasih sayang yang begitu besar kepada bangsaku, pada keluargaku, pada orang-orang dan tanah yang sudah begitu dekat dalam hari-hari, lalu tahun-tahun yang kulalui dalam kehidupanku. Aku ingin sampaikan setitik harapan dari dasar samudra cinta seorang ibu.
Ayahandaku yang sangat kukasihi, tempat mencurahkan
segala perasaan, kegelisahan dan pundak sandaran. Hati ini pilu, teramat pilu,
serasa bagai ada sejuta sembilu yang mengiris-iris. Kemudian menyiraminya
dengan perasan cuka jeruk lalu tertawa. Ayahanda bangsaku, anak-anak bangsa
ini, termasuk juga anak-anakku sendiri, adalah pondasi bangsa. Tulang punggung
yang seharusnya tegak dan kokoh berdiri menopang punggung. Punggung negaraku,
dimana kelak akan digunakan bekerja keras membangun masa depan. Menahan segala
goncangan, teriknya kehidupan dan dinginnya persaingan.
Mengapa hati ini kemudian terasa pedih, bahwa pada
kenyataannya, ditanah yang kucium baunya setiap hari sejak bayi, tanah yang
begitu kaya, ternyata masih ada cacat di rupanya. Ketika kutatap puluhan
anak-anak yang masih seharusnya berada di rumahnya, menikmati belaian ibunya,
namun ternyata sedang menggelarkan keringatnya dibawah terik matahari
persimpangan jalan. Meminta-minta. Bahwa kemudian ada beberapa anak yang
kutemui, tidak lagi bersekolah, tetapi menjadi penjaga parkir di pasar, dimana
aku sering berbelanja.
Kutanyakan pada siapa, bahwa mana ibu mereka? Lalu
dijawab mereka dengan lantang, “Tante hidup dengan gampang, orang tua kami hidup
susah. Maka kami harus ada disini.” Bahwa kemudian ketika kutanya, “Apa kalian
tidak sekolah? Biar orangtua kalian yang mencari kerja.” Lalu mereka menjawab,
“Bapakku sakit, dan ibuku hanya berdagang peyek, adikku banyak, tidak ada lagi
sisa tenaga untuk belajar.” Rasanya sakit, sakit sekali sebagai ibu.
Aku hanya bisa meringis dan mengunci rapat-rapat
perasaan. Dimata mereka ada kegarangan, yang tidak pernah kutatap dimata
anak-anakku. Dimata mereka ada kesedihan, yang jarang kulihat dalam mata anak-anakku.
Dimata mereka juga ada harapan, harapan yang sama dengan anak-anakku. Mereka
hanya inginkan bermain dan belajar. Seandainya saja bisa, aku ingin semua anak
mendapatkan perlakuan yang sama, hak yang sama serta kenyamanan yang sama,
dimana istana kekhalifahanmu ayahanda, menjadi kontrolnya. Bisakah tanah yang
kaya ini, menjadi tanah untuk anak-anaknya sendiri? Dimana saja anak itu
berada, tidak hanya di daerah tempatku berasal, tapi dimana saja di belahan
tanah tumpah darah ini.
Semoga ayahanda sudi mendengar jeritan hatiku, hati
seorang anak, juga seorang ibu. Terimakasih yang tulus dari dasar hati ini, atas
rentang waktu dan kerelaan ayah mendengar ocehanku. Salam cinta selalu, dari
kami, anak-anak bangsamu.
Rauhiyatul Jannah, Samarinda, 5 Nopember 2011, Seorang
Ibu dari dua anak laki-laki.
Rauhiyatul Jannah, lahir di provinsi Kalimantan Selatan tepatnya di desa Karang Paci
Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kandangan pada hari Kamis 27 tahun lalu.
Menyelesaikan pendidikan dasar sampai perguruan tinggi di Samarinda Kalimantan
Timur. Lulusan dari Fakultas MIPA Universitas Mulawarman tahun 2006. Memiliki
dua putera, Muhammad Taufik Rifqi dan Muhammad Irfan Fadlurrahman. 7 dan 4
tahun. Hobby : menonton film dan membaca karya Sastra. Aktifitas sekarang
menjalani hari-hari sebagai seorang ibu dan bisnis kecil-kecilan di rumah.
Sangat menyukai sains dan tekhnologi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar