Dimuat di Tribun Kaltim 09-08-2012
Mungkin
ada yang pernah mendengar celetukan seperti ini, Ih, anak pintar, siapa dulu
papa nya. Atau aduh, bandel amat sih, siapa mamanya? Saya pribadi beberapa kali
mendengarnya, terutama diantara saya dan tetangga saya.
Awalnya
mrs. X tetangga saya kesal dengan celetukan tersebut. Ketika anak bandel, pasti
yang menjadi sasaran utama adalah ibu. Karena sebagai ibu rumah tangga
khususnya, yang setiap hari di rumah dan bersinggungan dengan anak, ibu lah
yang dikatakan paling bertanggung jawab. Apalagi untuk anak prasekolah.
Anak
seperti sebuah mesin foto kopi yang menjiplak secara langsung contohnya. Anak
bekerja dengan luar biasa menangkap , mengolah data lalu mengembangkannya dalam
otak. Dan kemudian mereplika secara persis apa yang mereka lihat.
Bahkan
lebih canggih dari sebuah prosessor komputer,
anak bisa membuat kultur nya lebih dominan dari apa yang diterimanya.
Ibarat nya dalam proses kultur jaringan yang menyilangkan antara X dominan dan
Y dominan, maka anak akan memperoleh X dan Y yang unggul satu paket.
Jadi
anak tidak hanya meng Copy Paste sebuah data, tetapi mengembangkannya. Jadi
masuk akal ketika anak bandel, maka yang pertama ditanya, adalah bagaimana ibu
mendidiknya. Terkhusus untuk yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, karena
mereka adalah yang pertama dan yang paling sering di lihat anak.
It’s
OK. Kita bisa terima perbincangan, mengapa ibu menjadi sangat bertanggung jawab
terhadap perilaku anak.
Akan
tetapi pertanyaan lain muncul, mengapa ketika ada yang memuji kecerdasan anak,
maka tidak jarang ayah akan muncul sebagai gerbang pembuka. “Wow, jenius! pasti
anak nya Mr. Y”.
Ih
kok ayahnya sih yang disebut?
Walau
tidak se ekspresif wanita sebagai ibu, ayah pasti sangat berbangga memiliki anak
yang luar biasa. Apalagi ketika namanya disebut sebagai ayah dari anak
tersebut. Tentu ibunya juga bangga dong. Dan pasti ingin juga menjadi bagian
dari kebanggan tersebut.
Hanya
segelintir keirian konyol, “giliran anak pintar, papanya ngaku-ngaku deh, kalau
bandel aja, ibunya yang di semprot” mungkin begitu celetukan yang akan meluncur
dari mulut ibu.
Ayah
atau suami tidak akan menapik kecerdasan bunda, dan dunia tidak akan menutup
mata, bahwa dari rahim dan tangan wanita yang hebat, akan lahir anak yang luar
biasa. Jadi betapa mulianya seorang ibu, dan betapa luar biasanya pekerjaan
sebagai ibu, dimanapun dia, apapun pekerjaannya. Yang terpenting adalah bahwa
ibu adalah profesi utama kaum hawa.
Kesimpulan
saya sederhana. Anak yang hebat terlahir dari bunda yang brilliant. Bunda yang
brilliant mencetak anak-anak yang jenius sebagai partner kerja bagi suami. Keluarga
adalah sebuah team. Kesuksesan team ditentukan dari keceradasan bekerja dan
kekompakan.
Jadi,
Siapapun yang disebut sebagai embel-embel anak hebat, ibu atau ayah tetap
adalah juaranya.
(Rauhiyatul Jannah, S.Si)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar