Guys,
khususnya yang statusnya bukan jomblo alias sudah kawin. Setujukah, kalau tujuan
sebagian besar pasangan adalah memiliki keturunan?
Setuju
dong ya? Ingin punya keturunan sesungguhnya sifat alami yang diberikan oleh Tuhan
kepada makhluknya.
Pada
tahu tidak, kalau salah satu tahapan penting dalam proses melahirkan keturunan
itu ada satu penyakit yang sering mengintai calon ibu. Penyakit itu bernama :
BABY BLUES
Kali ini, penulis menceritakan pengalaman hidup seorang ibu yang
terkenal agamis, dengan penyakit mental yang cukup mengerikan ini. Nama admin
samarkan ya. Kita bisa ambil hikmah dari kisahnya.
Sebut saja Aisyah. Dia perempuan
sholeh yang memutuskan menikah muda. Alasannya klasik, adalah karena desakan
orang tua. Beruntungnya, dia memiliki suami yang baik. Hari-hari pernikahan akhirnya bisa dilalui dengan baik.
"Neraka itu datang, ketika
aku hamil sebulan setelah pernikahan. Padahal sudah minum obat KB. Gara-gara
terlupa satu malam saja minum pil." tutur Aisyah pelan menceritakan
bagaimana awal derita baby blues yang dialaminya. Setahun sebelum menikah, Aisyah baru diterima bekerja, pegawai baru
diminta untuk tak hamil dalam dua tahun pertama.
Dilema yang dihadapi Aisyah, karena
dirinya diharapkan kedua orang tuanya sebagai tulang punggung keluarga. Aisyah
anak pertama yang menjamin hidup kedua orang tua dan adik-adiknya. Kalau Aisyah
hamil tentu dia harus segera berhenti bekerja. Belum lagi kelakuan ipar-iparnya
yang menuduh keluarga Aisyah yang miskin menumpang makan pada suami Aisyah.
Aisyah tak bisa menyampaikan perasaannya
kepada sang suami. Perubahan sikap Aisyah setelah tahu dirinya hamil, membuat
suaminya emosi. Dipikir sang suami, Aisyah tak suka akan kehamilannya.
"Aku berusaha menutupi sikap iparku. Tekanan dari mamaku. Aku stress." keluh Aisyah. Tak lama setelah mengatakan dirinya stress, Aisyah pun mau tak mau berhenti bekerja.
"Aku berusaha menutupi sikap iparku. Tekanan dari mamaku. Aku stress." keluh Aisyah. Tak lama setelah mengatakan dirinya stress, Aisyah pun mau tak mau berhenti bekerja.
Inilah awal baby blues yang sering
disebut-sebut itu. Aisyah muda tak pernah sadar kondisinya. Hamil dalam kondisi
stress, kemudian melahirkan bayi yang sangat cerewet. Aisyah yang tidak
berpengalaman tak paham kenapa anaknya sangat rewel. Setiap kali disusui selalu
mengamuk tanpa sebab.
Sambil tersedu Aisyah berujar,
"Aku seperti monster, sempat ingin kucekik bayiku. Aku benci melihatnya. Rasanya
aku hampir gila." Kondisi Aisyah ini tak pernah diketahui suaminya.
Usia 4 bulan, si bayi benar-benar
berhenti minum ASI. Aisyah pun semakin sering mengamuk karena anaknya sangat
sulit ditenangkan. Belum lagi saat itu, kemudian sang suami di PHK. Lengkap
sudah semuanya.
"Aku sholat, aku nangis, aku
ngadu sama Allah. Tapi setelah itu bisikan setan muncul lagi. Apalagi kalau
sudah dengar dari adikku mama marah karena aku tak pernah kasih uang belanja.
Ya Allah... aku rasanya pengen lari ninggalin bayiku. Tapi kemana? Terus
kasian. Dosa juga. Aku jadi benci semua orang disekitarku." keluhan-keluhan
itu terus berulang-ulang disampaikan Aisyah.
Beruntungnya Aisyah tak sampai
membunuh bayinya. Ujian beratnya bisa dilalui berkat seorang sahabat yang kerap
mendengar keluh kesahnya. "Minta sama Allah, sembuhkan hatimu. Minta sama
Allah, ringankan semuanya. Allah dengar." Begitu ujar sahabatnya. Ucapan
sederhana ini bisa menyembuhkan Aisyah. Sahabatnya pun menyarankan agar Aisyah
mencari aktifitas ringan yang mengalihkan pikiran buruknya.
Pelan-pelan
Aisyah bangkit. Dia memilih menjadi pedagang sambil membesarkan anaknya, juga
mengurus suami. Dan kini anaknya sudah dewasa dan menjadi kebanggaan Aisyah.
*Seperti
yang diceritakan seseorang kepada penulis.
Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia'
Memiliki aktivitas selain domestik sejauh ini memang terbukti ampuh menumbuhkan rasa berharga ibu sehingga bisa mengurangi stres sebagai ibu baru
BalasHapusAlhamdulillah kakau Ibu Aisyah kini bahagia
Ikut senang
Iya, Bun. Alhamdulillah. Terima kasih sudah mampir ya, Bun.
BalasHapus