Bunda itu perkasa. Percaya deh...
Apapun bisa dilakukan Bunda, demi anak-anak mereka.
Ketika sang bunda berikrar siap mengandung jabang
bayi, melahirkan lalu menyusui anaknya, saat itu juga seluruh inderanya siap
melakukan apapun untuk masa depan sang anak.
Dulu, saat masih kecil saya pun tak pernah menyadari
pengorbanan ini. Sampai saat saya di usia 20 tahun ditakdirkan Allah menjadi
ibu. Pertama kali hal yang saya rasakan, saat ada mahkluk asing tumbuh dan
menumpang denyut nadi di tubuh, adalah shock. Ternyata rasanya cukup
mengerikan, membesarkan seorang anak dan membawanya kemana-mana bersama tubuhmu
yang melebar drastis.
Serta merta saya menatap umi, dan beliau tersenyum.
Dalam hati saya berpikir, umi pasti "ngetawain" saya. Nah tuh,
rasain. Gitu tuh capeknya hamil kamu yang badung.
Perjalanan selanjutnya bisa ditebak, guling-gulingan,
jatuh-bangun, jumpalitan, begitulah seorang ibu. Saya dan teman-teman para
bunda sekalian pasti sama-sama merasakannya.
Tapi saya bahagia. Begitu juga dengan Bunda bukan. Tentu
dong. Bagaimana tidak bahagia rasanya, jika jerih payah kita membesarkan
anak-anak berbuah manis. Lelah rasanya menguap melihat anak-anak tumbuh sehat,
cerdas, dan taat kepada kedua orang tua. Semoga sukses selalu bersama kita ya,
Bun.
Bunda, tahu tidak. Kita ini adalah sutradara istimewa
loh. Jabatan istimewa yang disematkan Allah untuk kita yang berstatus ibu.
Sutradara yang bekerja independen, tetapi nilai kontraknya mahal sekali, mendapat gaji
berupa pahala, dan sukses besar adalah bonusnya.
Sejarah mencatat para ibu hebat, sutradara panggung dunia lho, Bunda.
Peradaban dunia tak terlepas dari peranan seorang ibu. Ibu bukan hanya perantara kehidupan. Tapi ibu juga diamanahi Allah menjadi sutradara jalan hidup tokoh-tokoh penggubah peradaban.
Peradaban dunia tak terlepas dari peranan seorang ibu. Ibu bukan hanya perantara kehidupan. Tapi ibu juga diamanahi Allah menjadi sutradara jalan hidup tokoh-tokoh penggubah peradaban.
Kita baca sebentar, beberapa cerita sejarah singkat para ibu hebat berikut yuk, Bunda.
Bagi muslim, siapa yang tak kenal Imam Asy-Syafii.
Beliau ulama hadits yang mashur. Dan tahu nggak, yang berjasa besar mendidik
ulama setangguh Imam Asy-Syafii. Beliau adalah sang Ibu. Begitu pula dengan
Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad Bin Hambal, Imam Malik Bin Anas, Ibnu Taimiyah dan
Imam Ats-Tsauri. Para ulama ini dibesarkan oleh ibunda yang tangguh. Meskipun
para ibu ini dihalangi oleh keterbatasan ekonomi, tak menghentikan mereka
menghantarkan anak-anaknya menjadi guru bagi ummat.
Lalu ada Jenderal muslim yang perkasa penakluk
konstantinopel, Sultan Muhammad Al-Fatih yang namanya disegani di tanah Eropa,
dan dikenal hingga seluruh dunia. Muhammad Al-Fatih dibesarkan seorang ibu yang
tegas, penuh cinta kasih, dan pemberani.
Sejarah mencatat bagaimana tangan dingin sang ibu, membesarkan
jenderal yang tangguh dan sanggup menjadi penguasa Konstantinopel. Keberhasilan
sang ibu mendidik putera tercintanya membuka babak baru kekuasaan Islam di
tanah Eropa. Bukan main kan, pengaruh seorang ibu?
Pernah mendengar nama Hoelun kah, Bunda? Mungkin asing
ya? Perempuan bernama Hoelun adalah ibunda dari Jengis Khan. Kalau disebut Jengis Khan pasti tahu ya, Bun?
Hoelun seorang perempuan pemberani yang berhasil membawa anaknya menjadi pemimpin suku Mongolia. Hoelun selalu mengajarkan anak-anaknya bahwa tidak benar tunduk kepada suku lain. Meskipun Hoelun membesarkan anak-anak mereka dalam kemiskinan, tak menyurutkan semangatnya untuk melihat keberhasilan sang anak. Ujarnya kepada anak-anaknya, tak akan kelaparan manusia yang bekerja keras. Dia menanamkan kepada anaknya bahwa mereka kelak adalah calon pemimpin besar. Dan pendidikan Hoelun berhasil. Sang anak Temujin yang kemudian bergelar Jengis Khan, berhasil menjadi Pemimpin Mongolia.
Jengis Khan dikenal sebagai seorang Pemimpin suku yang terkenal kuat, kejam dan mampu merubah peradaban dunia. Dikuasainya Cina bahkan hingga Baghdad.
Hoelun seorang perempuan pemberani yang berhasil membawa anaknya menjadi pemimpin suku Mongolia. Hoelun selalu mengajarkan anak-anaknya bahwa tidak benar tunduk kepada suku lain. Meskipun Hoelun membesarkan anak-anak mereka dalam kemiskinan, tak menyurutkan semangatnya untuk melihat keberhasilan sang anak. Ujarnya kepada anak-anaknya, tak akan kelaparan manusia yang bekerja keras. Dia menanamkan kepada anaknya bahwa mereka kelak adalah calon pemimpin besar. Dan pendidikan Hoelun berhasil. Sang anak Temujin yang kemudian bergelar Jengis Khan, berhasil menjadi Pemimpin Mongolia.
Jengis Khan dikenal sebagai seorang Pemimpin suku yang terkenal kuat, kejam dan mampu merubah peradaban dunia. Dikuasainya Cina bahkan hingga Baghdad.
Bunda. Kita pasti tak akan kalah hebat dibandingkan
mereka, para ibu dari pemimpin dunia itu Bunda. Pendidikan para ibu di masa
kini jauh lebih tinggi. Ada paling rendah telah tamat SMA. Bukan begitu Bun? Bahkan
ada yang menyelesaikan program pendidikan doktoral. Keren kan?
Nah, dengan ilmu yang kita punya, kita bisa menjadi ibu
dari penguasa Indonesia di masa akan datang, ibu seorang penyiar professional, ibunda
dari dokter terbaik sepanjang sejarah, atau umi seorang ilmuwan penerima
penghargaan dunia, dan masih banyak lagi.
Satu yang harus kita yakini Bun, anak istimewa dengan
dirinya sendiri. Mereka adalah bintang. Anak-anak buka fotokopi orang tuanya.
Kita orang tuanya hanyalah perantara dan penyemangat mereka.
Yuk, Bun. Kita saling menguatkan dan melangkah bersama
menjadi para ibu dari pemimpin dunia masa depan.
Tulisan ini diikutsertakan
dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar