Minggu, 22 Desember 2019

Ibu, Buat Apa Baper? Bikin Lapar.


Moms, pernahkah merasa sangat sedih, emosi, jengkel, sampai pengen ngacak-ngacak isi rumah?

Sepertinya rata-rata para wanita, apalagi yang berstatus ibu, pernah mengalami kondisi mental sangat drop ya? Apalagi saat PMS, badan keram, perut nyeri, lelah pekerjaan, terus ada yang "nyenggol", langsung kepengen "bacok" deh.

                                                              


Satu contoh nih, pengalaman penulis sendiri. 

Suatu sore, setelah menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk, dan dikejar deadline. Sudah gitu, dekat lagi sudah tanggalnya jadwal bulanan. Letih rasanya dan sangat ingin menggelepar di atas ranjang dipan kayu, di dalam gubuk cinta. Tapi Qodarullah, ada tamu bertandang.

Sebagai seorang muslim, wajib hukumnya melayani tamu semaksimal mungkin, sebagai tanda iman kepada Allah.

Subhanallah, tamu yang datang adalah salah satu kerabat yang bermulut sangat blak-blakan. Dengan lancar dan tanpa beban, tamu berujar, "Rumahnya masih seperti dulu ya, Bu. Belum ada perubahan apa-apa. Belum mampu ya, Bu, nambahin bangunannya?"

Rasanya itu, Nyess...

Seperti tumpukan daun kering tersulut puntung api. Telinga yang ditudung hijab pun rasanya hangat sekali. Cuma asapnya saja yang tak mengepul. Entah kenapa penulis yang biasanya manis dan penyabar ini, sangat ingin berubah wujud, menjadi macan betina. Ingin rasanya menggaruk mulut tamu tanpa etika itu.  

Sepulang tamu tersebut, jelaslah penulis yang budiman ini langsung meluapkan semua emosi. piring-piring dan gelas sajian dicuci dengan segenap jiwa. Digosok dengan serbuk abu gosok hingga hilang sisa-sisa aroma makanan dan minumannya. Pun kemudian beradu kepada kekasih, betapa ketidaksopanan tamu itu, bikin emosi jiwa.

Apa sahutannya?

Buat apa diambil hati? Toh dia tak tahu yang kita jalani. Biasanya umi santai aja. Tak usah baper lah. Kamu ibu dan istri, jangan buang energi untuk hanya sekedar baper. Beban umi sudah sangat berat. Kalau selalu baper, nanti umi tambah sering laper. 

Benar juga ... Sudahlah beban berat, timbangan juga jadi nambah berat. Oh, tidak!

Yup, buat apa memperdulikan semua ucapan orang lain, yang tak pernah tahu apa yang kita alami. Hanya menguras energi saja.

Pertanyaannya. Bukankah sulit ya untuk tak baper(kebawa perasaan)?

Iya sih. Baper memang sangat sulit dihindari. Apalagi kalau kondisi sedang akan PMS. Tapi dari pengalaman penulis, ada empat tips sederhana yang bisa dilakukan untuk bisa menghindari baper berlebihan.

  • Anggap angin lalu penyebab baper.
Jika Moms terlanjur lelah dan ada sesuatu yang tiba-tiba membuat moms baper, anggap saja itu "iklan" televisi yang tak kita suka. Tinggal ganti channel saja.


  • Moms adalah pilar keluarga, jangan baper.
Moms, buat apa baper karena orang lain, di luar keluarga kita. Bukankah, orang lain tidak akan bisa menentukan kehidupan keluarga moms akan bagaimana. Bahagia dan tidaknya, moms sendiri penentunya.


  • Saat akan PMS, luangkan waktu untuk memanjakan diri dan istirahat cukup.
Kalau lagi PMS, sulit lo mengendalikan hormon. Emosi pun kadang meledak-ledak. Tapi ada caranya lo biar lebih rileks saat PMS. 
Moms, tentu moms punya hobi kan? Nah, jadwalkan hobi di tanggal masa PMS. Buat diri moms senang. Dengan beraktifitas sedikit lebih banyak di masa PMS, juga akan mengurangi keram perut karena PMS.
Selain itu, jangan kurang tidur. Istirahat yang cukup akan membantu mengendalikan emosi moms.
Tips tambahan moms, hobinya jangan yang menghabiskan uang belanja moms. Bukannya senang malah tambah membuat kepala serasa melayang. Hehe...

  • Atur jadwal.
Jika Moms bekerja, atur jadwal sebaik mungkin. Jangan biasakan menumpuk pekerjaan. Cicil satu persatu pekerjaan agar tak kewalahan. IRT pun begitu juga. Cicil sedikit-sedikit pekerjaan rumah tangga. Kalau sudah lelah istirahat dulu. Jangan dipaksakan. 



Lalu bagaimana jika yang membuat baper adalah mertua?


Ah, gampang. Tinggal belikan saja sate kambing kesukaan ayah mertua. Atau martabak surban super nikmat, kesukaan ibu mertua. Anggap saja mertua sedang bercanda dengan ucapannya.

Ingat lo, mertua itu adalah orangtua, yang mau apapun dikatakannya tak akan bisa dibantah. Ridho orangtua adalah ridho Allah.

Hukum Mutlak berlaku. Orang tua yang melahirkan kita selalu benar. Hahaha....

Wajib lo hukumnya bertingkah laku, berkata, dan bertindak yang baik terhadap orang tua, meskipun berbeda agama. Apalagi hanya sekedar berbeda pandangan.

Oke deh, sampai disini dulu bahasan kali ini.
Sampai ketemu ....
Salam manis dari penulis yang paling kece.


Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar