Rabu, 25 Desember 2019

Ayah Perkasa, Ibu Bahagia, Anak Menantang Dunia


Hai moms, ketemu penulis lagi nih.

Kali ini penulis ingin diskusi kembali. Bahasan kali ini mengenai dunia anak.



Moms, mau tanya nih. Ibu mana yang tak suka jika anaknya cerdas? Dan, Semua ayah tentu akan berbusung dada ya, jika anaknya berprestasi. Luruh rasanya lelah di bahunya.

Ya, semua impian orang tua sama. Anak buah hati mereka mampu menyenangkan hati dan menjadi kebanggaan di masa tua. Tapi, anak cerdas dan berprestasi bukan instan didapatkan. Butuh proses dan kerja keras.

Oh iya, satu yang perlu diingat, semua anak manusia yang lahir ke muka bumi, itu cerdas mom, hanya mereka memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Kemudian juga butuh perantara agar kecerdasan yang menjadi anugerah masing-masing anak bisa muncul ke permukaan.

Nah, moms, tadi di atas disebutkan tentang kerja keras untuk kecerdasan anak, dan juga perantara untuk memunculkan kecerdasan ya?

Bahasan kita kali ini adalah tentang dua hal tersebut.

Moms, di balik anak-anak cerdas yang brilian pemenang berbagai lomba, atau anak luar biasa pemilik talenta pemenang olimpiade itu, bukan tiba-tiba muncul dengan segudang prestasi dari dunia antah berantah.

Tau nggak moms, mereka adalah anak-anak yang punya kisah masing-masing. Samantha Edhitso, pecatur cilik yang memenangi gelar dunia itu telah berlatih catur sejak usia SD. Dan karena sang anak sangat gandrung pada catur, orang tuanya bahkan rela mengizinkan anaknya untuk menjalani home schooling.

Dua hal yang perlu kita ambil hikmah adalah, kerja keras Samantha dan fasilitas dari orangtuanya. Hal yang sama tentu juga berlaku untuk anak dan orang tua lain, yang berprestasi dan cerdas dalam bidangnya masing-masing.

Di judul awal disebut adalah Ayah perkasa, Ibu bahagia, Anak menantang dunia. Lalu apa hubungannya ketiga hal tersebut?

Erat sekali moms.

Mari kita membahas materi ini secara logika, yuk.

Anak-anak, seperti kita sama-sama tahu sama saja di muka bumi, terlahir menangis dan membutuhkan asi dari ibunya, sebagai makanan pertamanya.

Kita ambil contoh saja ketika kita makan di sebuah restoran, mana yang lebih enak kita santap. Makanan yang disajikan pramusaji ramah penuh senyum dan berpakaian rapi, ataukah oleh pramusaji yang berbaju kumal, bau, dan wajah muram, serta kasar meletakkan sajian ke hadapan kita?

Tentu kita memilih dilayani pramusaji yang ramah, penuh senyum, dan rapi bukan?
Demikian juga bayi kita. Perasaannya akan jauh lebih tenang, senang, dan damai, ketika dia dibawa oleh ibu yang tenang jiwanya. Disusui oleh ibu yang bahagia batinnya. Bukan malah sebaliknya.

Kondisi kejiwaan ibu akan sangat mempengaruhi psikis bayi yang dirawatnya.
Ayah yang perkasa disini dimaksud adalah, ayah yang siap menjaga kondisi istrinya dari segala macam kondisi, agar sang istri juga bahagia menjaga keluarga dan anak-anaknya. Ayah yang menjaga keluarganya dari ancaman dari luar, akan menjadikan sang istri merasa aman. Perasaan aman itu seperti vaksin yang akan membuat ibu membentuk benteng agar terhindar dari ancaman di dalam dirinya sendiri.

Jika sudah demikian, anak yang dirawat oleh orang tua seperti ini, akan tumbuh maksimal. Semua manfaat dari makanan yang dikonsumsi anak akan terfokus untuk mendukung perkembangan otak dan kecerdasan anak.

Ada pertanyaan yang melenceng dari bahasan nih. Bagaimana dengan single parent misalnya. Tak sedikit anak yang dibesarkan oleh single parent juga tumbuh menjadi anak yang sangat cerdas.

Jawabannya sederhana sekali. Manusia adalah makhluk Allah yang sangat cerdas. Manusia memiliki daya adaptasi luar biasa menyesuaikan kondisi di sekitarnya. Jangankan hanya menjadi single parent, bahkan tinggal di kutub utara saja manusia sanggup bertahan. Apalagi hanya sekedar menjadi single parent.

Bukan perkara mudah menjadi single parent. Sulit menciptakan bahagia di hati ibu yang menjadi single parent, tapi bahagia itu muncul ketika menatap mata bayi tanpa dosa. Bahagia yang muncul karena cinta.

Mungkin lain kali kita bisa bahas tentang ini ya, moms. Sekian dulu diskusi kita ya. Semoga bermanfaat.

Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia'





Tidak ada komentar:

Posting Komentar