Minggu, 29 Desember 2019

Ibu, Sutradara Istimewa Panggung Dunia




















Bunda itu perkasa. Percaya deh...
Apapun bisa dilakukan Bunda, demi anak-anak mereka.
Ketika sang bunda berikrar siap mengandung jabang bayi, melahirkan lalu menyusui anaknya, saat itu juga seluruh inderanya siap melakukan apapun untuk masa depan sang anak.

Dulu, saat masih kecil saya pun tak pernah menyadari pengorbanan ini. Sampai saat saya di usia 20 tahun ditakdirkan Allah menjadi ibu. Pertama kali hal yang saya rasakan, saat ada mahkluk asing tumbuh dan menumpang denyut nadi di tubuh, adalah shock. Ternyata rasanya cukup mengerikan, membesarkan seorang anak dan membawanya kemana-mana bersama tubuhmu yang melebar drastis.

Serta merta saya menatap umi, dan beliau tersenyum. Dalam hati saya berpikir, umi pasti "ngetawain" saya. Nah tuh, rasain. Gitu tuh capeknya hamil kamu yang badung. 

Perjalanan selanjutnya bisa ditebak, guling-gulingan, jatuh-bangun, jumpalitan, begitulah seorang ibu. Saya dan teman-teman para bunda sekalian pasti sama-sama merasakannya.

Tapi saya bahagia. Begitu juga dengan Bunda bukan. Tentu dong. Bagaimana tidak bahagia rasanya, jika jerih payah kita membesarkan anak-anak berbuah manis. Lelah rasanya menguap melihat anak-anak tumbuh sehat, cerdas, dan taat kepada kedua orang tua. Semoga sukses selalu bersama kita ya, Bun.

Bunda, tahu tidak. Kita ini adalah sutradara istimewa loh. Jabatan istimewa yang disematkan Allah untuk kita yang berstatus ibu. Sutradara yang bekerja independen, tetapi nilai kontraknya mahal sekali, mendapat gaji berupa pahala, dan sukses besar adalah bonusnya.

Sejarah mencatat para ibu hebat, sutradara panggung dunia lho, Bunda. 
Peradaban dunia tak terlepas dari peranan seorang ibu. Ibu bukan hanya perantara kehidupan. Tapi ibu juga diamanahi Allah menjadi sutradara jalan hidup tokoh-tokoh penggubah peradaban.

Kita baca sebentar, beberapa cerita sejarah singkat para ibu hebat berikut yuk, Bunda.

Bagi muslim, siapa yang tak kenal Imam Asy-Syafii. Beliau ulama hadits yang mashur. Dan tahu nggak, yang berjasa besar mendidik ulama setangguh Imam Asy-Syafii. Beliau adalah sang Ibu. Begitu pula dengan Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad Bin Hambal, Imam Malik Bin Anas, Ibnu Taimiyah dan Imam Ats-Tsauri. Para ulama ini dibesarkan oleh ibunda yang tangguh. Meskipun para ibu ini dihalangi oleh keterbatasan ekonomi, tak menghentikan mereka menghantarkan anak-anaknya menjadi guru bagi ummat.

Lalu ada Jenderal muslim yang perkasa penakluk konstantinopel, Sultan Muhammad Al-Fatih yang namanya disegani di tanah Eropa, dan dikenal hingga seluruh dunia. Muhammad Al-Fatih dibesarkan seorang ibu yang tegas, penuh cinta kasih, dan pemberani.
Sejarah mencatat bagaimana tangan dingin sang ibu, membesarkan jenderal yang tangguh dan sanggup menjadi penguasa Konstantinopel. Keberhasilan sang ibu mendidik putera tercintanya membuka babak baru kekuasaan Islam di tanah Eropa. Bukan main kan, pengaruh seorang ibu?

Pernah mendengar nama Hoelun kah, Bunda? Mungkin asing ya? Perempuan bernama Hoelun adalah ibunda dari Jengis Khan. Kalau disebut Jengis Khan pasti tahu ya, Bun? 
Hoelun seorang perempuan pemberani yang berhasil membawa anaknya menjadi pemimpin suku Mongolia. Hoelun selalu mengajarkan anak-anaknya bahwa tidak benar tunduk kepada suku lain. Meskipun Hoelun membesarkan anak-anak mereka dalam kemiskinan, tak menyurutkan semangatnya untuk melihat keberhasilan sang anak. Ujarnya kepada anak-anaknya, tak akan kelaparan manusia yang bekerja keras. Dia menanamkan kepada anaknya bahwa mereka kelak adalah calon pemimpin besar. Dan pendidikan Hoelun berhasil. Sang anak Temujin yang kemudian bergelar Jengis Khan, berhasil menjadi Pemimpin Mongolia. 
Jengis Khan dikenal sebagai seorang Pemimpin suku yang terkenal kuat, kejam dan mampu merubah peradaban dunia. Dikuasainya Cina bahkan hingga Baghdad.

Bunda. Kita pasti tak akan kalah hebat dibandingkan mereka, para ibu dari pemimpin dunia itu Bunda. Pendidikan para ibu di masa kini jauh lebih tinggi. Ada paling rendah telah tamat SMA. Bukan begitu Bun? Bahkan ada yang menyelesaikan program pendidikan doktoral. Keren kan?

Nah, dengan ilmu yang kita punya, kita bisa menjadi ibu dari penguasa Indonesia di masa akan datang, ibu seorang penyiar professional, ibunda dari dokter terbaik sepanjang sejarah, atau umi seorang ilmuwan penerima penghargaan dunia, dan masih banyak lagi.

Satu yang harus kita yakini Bun, anak istimewa dengan dirinya sendiri. Mereka adalah bintang. Anak-anak buka fotokopi orang tuanya. Kita orang tuanya hanyalah perantara dan penyemangat mereka.

Yuk, Bun. Kita saling menguatkan dan melangkah bersama menjadi para ibu dari pemimpin dunia masa depan.

Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia'











Sabtu, 28 Desember 2019

Berpikir, Kreatif, dan Jadi Ahli


bacaan Baca baca tenang wanita senja di luar di luar rumah langit musim semi pantai musim panas wanita membaca wanita Book senang waktu luang tangan orang perdamaian orang-orang duduk pembaca literatur harmoni bayangan hitam matahari terbit matahari terbenam matahari malam tenang awan 

Pernah merasa jenuh meskipun sebenarnya kamu tak lelah banget nggak? Jenuh karena nggak ada yang dikerjain gitu. Penulis pernah lo. Saking santainya jadinya jenuh juga. Kok bisa ya?

Nah pembahasan kita masih berkutat di trik mengatasi rasa jenuh.

Kita awali pembahasan kita berikut ya.

Sebagai manusia, Allah berkahi kita dengan akal. Jadi naluri kita adalah harus berpikir. Alat yang yang Allah berikan berupa akal untuk manusia itu tak ternilai harganya. Bisa mempermudah hidup, memberi kenyamanan, bahkan menghasilkan uang. Coba deh perhatikan berbagai alat yang kita gunakan sehari-hari. Itu hasil dari pemikiran akal manusia.

Misalnya saja pisau.
Manusia prasejarah telah mengenal pisau. Zaman dulu pisau terbuat dari batu. Awalnya kan dikarenakan untuk mempermudah mengkonsumsi makanan yang ukurannya besar.

Demikian juga segala benda yang lain, yang beraneka fungsinya, hingga kini di zaman serba modern. Sepakat ya, kalau akal pemberian Allah untuk manusia tak ternilai harganya.

Sekarang zaman sudah serba modern. Semua hal telah jauh lebih mudah.
Khususnya bagi kita perempuan yang merupakan ibu dan istri, begitu banyak kemudahan bisa kita dapatkan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Sangat jauh berbeda dengan zaman nenek kita dahulu. Menggerus kacang tak perlu lagi lesung, hanya tinggal memencet tombol pada alat pencacah biji. Memeras jeruk hanya tinggal menyalakan juicer. Tak bisa memasak, tinggal ikuti panduan resep praktis dari akun youtube koki ternama.

Ibu pekerja pun, tak akan terlalu kesulitan menjalankan peran gandanya. Jika gaji perlebih tinggal beli saja robot pembersih debu, maka sepulang bekerja, sembari menimang anak yang telah seharian ditinggal mesin canggih robot vakum bisa sambil bekerja membersihkan debu rumah. Mesin cuci otomatis juga siap aktif membersihkan tumpukkan cucian. Bahkan kini sudah ada mesin setrika otomatis. Inilah kehebatan akal yang diberikan Allah untuk manusia. Semuanya jadi mudah dan nyaman dilakukan.

Ternyata meskipun kini semua jauh lebih mudah, kelelahan para ibu jauh berkurang, apalagi yang diberi Allah kelebihan harta, jenuh masih sangat mungkin menghantui. Bukan karena kelelahan, tapi justru karena terlalu santai.
Kenapa begitu ya?

Mungkin saja karena naluri kita sebagai manusia adalah bergerak dan berpikir aktif. Akan sangat membosankan jika tak ada yang bisa dilakukan. Nah, salah satu solusi agar tak jenuh ketika tak ada yang bisa dilakukan adalah, menggunakan otak untuk aktif berpikir.
Lalu berpikir yang bagaimana ya maksudnya? Tentunya bukan memikirkan jumlah saldo tetangga ya. Atau memikirkan berapa hektar tanah milik bos tempat bekerja.

Berpikir yang dimaksud disini adalah dalam arti positif. Hal yang paling efektif untuk bisa terus berpikir positif adalah membaca dan belajar. Kini banyak buku bagus dari puluhan penulis profesional. Dari mulai buku motivasi, buku keterampilan, resep masakan, hingga novel inspiratif. Kini puluhan media untuk bisa belajar banyak hal tersedia dan bisa diakses dengan mudah.

Nah, banyaknya pilihan bahan bacaan yang tersedia, adalah angin segar bagi para ibu. Gencarnya program literasi yang digalakkan pemerintah juga menyasar keluarga sebagai komponen masyarakat terkecil  lho. Artinya ibu sebagai pemimpin rumah tangga, harus yang menjadi komandannya. Jika ingin anak rajin membaca, ibu juga harus suka membaca.

Jika ingin belajar menjahit, menyulam, memasak, atau merias, ada balai pelatihan gratis yang disediakan pemerintah. LSM-LSM kewanitaan juga menyediakan layanan pelatihan keterampilan khusus perempuan secara gratis. Dan masih banyak lagi.

Menyibukkan diri dengan membaca dan terus belajar sangat efektif lho, untuk mengusir jenuh. Bonusnya para ibu yang pada dasarnya hebat akan terasah untuk jadi kreatif. Para ibu punya potensi besar untuk sukses. Tak harus menjadi ibu pekerja lho agar bisa berhasil dan sukses. Coba saja lihat, berapa banyak pengusaha sukses yang juga seorang ibu rumah tangga. Dian Pelangi, Zaskia Sungkar, Mooryati Soedibyo, dan masih banyak deretan lagi wanita sukses lain, yang berawal dari ibu rumah tangga. Yang ibu pekerja pun bisa lebih sukses sekaligus berhasil sebagai ibu rumah tangga, dengan sedikit kegigihan.

Kuncinya  adalah membaca, belajar, kreatif, dan jadilah sukses. Kreatif ke arah positif akan muncul jika dibarengi bekal ilmu yang memadai. Yuk, saling berlomba memanfaatkan peluang dan potensimu. Kalau tak punya dana untuk belajar, cari yang gratisan banyak kok. (ini penulis banget nih, doyan gratisan... :))

Para ibu bisa sukses di bidang yang memang dikuasai. Misalnya menjadi pembuat kue professional, penjahit terampil, penulis sukses, atau perncang busana terkemuka. Dan hal yang paling penting untuk tetap bisa berkarya, selain terus aktif belajar dan kreatif adalah : ibu, jagalah juga kesehatan fisikmu.

Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia'





         

Rabu, 25 Desember 2019

Ayah Perkasa, Ibu Bahagia, Anak Menantang Dunia


Hai moms, ketemu penulis lagi nih.

Kali ini penulis ingin diskusi kembali. Bahasan kali ini mengenai dunia anak.



Moms, mau tanya nih. Ibu mana yang tak suka jika anaknya cerdas? Dan, Semua ayah tentu akan berbusung dada ya, jika anaknya berprestasi. Luruh rasanya lelah di bahunya.

Ya, semua impian orang tua sama. Anak buah hati mereka mampu menyenangkan hati dan menjadi kebanggaan di masa tua. Tapi, anak cerdas dan berprestasi bukan instan didapatkan. Butuh proses dan kerja keras.

Oh iya, satu yang perlu diingat, semua anak manusia yang lahir ke muka bumi, itu cerdas mom, hanya mereka memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Kemudian juga butuh perantara agar kecerdasan yang menjadi anugerah masing-masing anak bisa muncul ke permukaan.

Nah, moms, tadi di atas disebutkan tentang kerja keras untuk kecerdasan anak, dan juga perantara untuk memunculkan kecerdasan ya?

Bahasan kita kali ini adalah tentang dua hal tersebut.

Moms, di balik anak-anak cerdas yang brilian pemenang berbagai lomba, atau anak luar biasa pemilik talenta pemenang olimpiade itu, bukan tiba-tiba muncul dengan segudang prestasi dari dunia antah berantah.

Tau nggak moms, mereka adalah anak-anak yang punya kisah masing-masing. Samantha Edhitso, pecatur cilik yang memenangi gelar dunia itu telah berlatih catur sejak usia SD. Dan karena sang anak sangat gandrung pada catur, orang tuanya bahkan rela mengizinkan anaknya untuk menjalani home schooling.

Dua hal yang perlu kita ambil hikmah adalah, kerja keras Samantha dan fasilitas dari orangtuanya. Hal yang sama tentu juga berlaku untuk anak dan orang tua lain, yang berprestasi dan cerdas dalam bidangnya masing-masing.

Di judul awal disebut adalah Ayah perkasa, Ibu bahagia, Anak menantang dunia. Lalu apa hubungannya ketiga hal tersebut?

Erat sekali moms.

Mari kita membahas materi ini secara logika, yuk.

Anak-anak, seperti kita sama-sama tahu sama saja di muka bumi, terlahir menangis dan membutuhkan asi dari ibunya, sebagai makanan pertamanya.

Kita ambil contoh saja ketika kita makan di sebuah restoran, mana yang lebih enak kita santap. Makanan yang disajikan pramusaji ramah penuh senyum dan berpakaian rapi, ataukah oleh pramusaji yang berbaju kumal, bau, dan wajah muram, serta kasar meletakkan sajian ke hadapan kita?

Tentu kita memilih dilayani pramusaji yang ramah, penuh senyum, dan rapi bukan?
Demikian juga bayi kita. Perasaannya akan jauh lebih tenang, senang, dan damai, ketika dia dibawa oleh ibu yang tenang jiwanya. Disusui oleh ibu yang bahagia batinnya. Bukan malah sebaliknya.

Kondisi kejiwaan ibu akan sangat mempengaruhi psikis bayi yang dirawatnya.
Ayah yang perkasa disini dimaksud adalah, ayah yang siap menjaga kondisi istrinya dari segala macam kondisi, agar sang istri juga bahagia menjaga keluarga dan anak-anaknya. Ayah yang menjaga keluarganya dari ancaman dari luar, akan menjadikan sang istri merasa aman. Perasaan aman itu seperti vaksin yang akan membuat ibu membentuk benteng agar terhindar dari ancaman di dalam dirinya sendiri.

Jika sudah demikian, anak yang dirawat oleh orang tua seperti ini, akan tumbuh maksimal. Semua manfaat dari makanan yang dikonsumsi anak akan terfokus untuk mendukung perkembangan otak dan kecerdasan anak.

Ada pertanyaan yang melenceng dari bahasan nih. Bagaimana dengan single parent misalnya. Tak sedikit anak yang dibesarkan oleh single parent juga tumbuh menjadi anak yang sangat cerdas.

Jawabannya sederhana sekali. Manusia adalah makhluk Allah yang sangat cerdas. Manusia memiliki daya adaptasi luar biasa menyesuaikan kondisi di sekitarnya. Jangankan hanya menjadi single parent, bahkan tinggal di kutub utara saja manusia sanggup bertahan. Apalagi hanya sekedar menjadi single parent.

Bukan perkara mudah menjadi single parent. Sulit menciptakan bahagia di hati ibu yang menjadi single parent, tapi bahagia itu muncul ketika menatap mata bayi tanpa dosa. Bahagia yang muncul karena cinta.

Mungkin lain kali kita bisa bahas tentang ini ya, moms. Sekian dulu diskusi kita ya. Semoga bermanfaat.

Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia'





Selasa, 24 Desember 2019

Emak Temukan Bahagia Lewat Sepotong Tempe





Emak temukan bahagia lewat sepotong tempe? Emang bisa? Gimana ceritanya?
Bisa dong.

Emak-emak yang budiman, sebelum membahas si tempe, tolong sebutin dong, Mak, apa saja yang emak lakukan sejak pagi hari hingga dua belas jam kemudian?
Cucian, sambil masak, sambil bersihin dapur, sambil ngepel, sambil suapin anak, sambil baca koran, dan sambil-sambil yang lain.

Wooow...
Wanita yang berpangkat istri dan atau ibu, baik bekerja atau murni ibu rumah tangga, ternyata sosok yang kuat ya. Sangat bertolak belakang dengan tampilan fisik yang tampak lemah. Sekali beraktifitas, bisa dua atau tiga pekerjaan dilakoni. Seolah memiliki banyak tangan.

Mirip Gurita

Lalu ada pertanyaan yang menggelitik nih. Ngacung dong, siapa yang pernah gendong bayi sambil maaf, buang air besar? Atau, siapa yang pernah kaget bangun tidur anak hilang dari kamar, ternyata sudah mengaduk-aduk sabun cuci ke dalam bak mandi? Atau ini nih, anak sudah remaja, tapi saban awal pekan dapat panggilan guru untuk konseling?
Gimana perasaan emak-emak sekalian? Pusing tentunya ya?
Belum lagi misalnya si suami tercinta yang harus dibantui berkemas karena akan keluar kota, sementara anak-anak emak semua yang handle, badan si emak meriang pula. Duh, gusti Allah...  Rasanya si emak pengen teriak "Help Mee....!"

Seperti Larutan yang Jenuh
Kita beralih sebentar yuk, Mak.
Pernah membuat teh bukan? Berapa sendok gula emak masukkan ke dalam cangkir teh? Satu? Dua?
Nah, kita buat percobaan yuk.
Terus tambahkan beberapa sendok gula ke dalam cangkir, aduk terus. Semakin banyak gula ditambahkan dan dilarutkan air semakin mengental. Lakukan berulang-ulang, hingga gula yang ditambahkan tak bisa lagi larut dan bercampur dengan air. Kondisi dimana gula tak bisa lagi larut dalam air tersebut dinamakan kondisi Jenuh. Larutan yang sangat jenuh, tidak lagi nikmat untuk dihidangkan. Bahkan bisa membuat orang muntah.

Emak, kondisi seperti larutan gula yang mengalami jenuh, bisa terjadi pada emak. Jangan dibiarkan. Bukan saja emak yang akan merasa "eneg" dengan kondisi jenuh. Orang-orang di sekitar emak juga akan merasakan dampaknya. Terutama anak dan suami. Membiarkan rasa jenuh berlarut-larut, akan mengikis kewarasan emak.

Emak, Keluarkan Uneg-unegmu
Jika emak merasa tertekan, jangan diam aja dong. Nggak masalah ngomel deh, asalkan berkualitas. Bagaimana tuh cara ngomel berkualitas? Pada bingung ya?
Sama dong. :) (Jangan ditiru deh, hanya untuk professional)
Emak, sekarang kan semakin canggih. Jika emak adalah tipe yang sulit menyampaikan keluh-kesah secara langsung, rekam saja uneg-uneg emak. Kirimkan lewat whatsaap suami. Gampang kan?
Hal yang sama bisa diterapkan ke anak yang sudah dewasa dan pemakai media sosial. Tapi ingat, jangan posting omelan emak lewat jalur grup ya. Harus lewat jalur pribadi alias Japri.

Sederhana dan Kena
Penulis bukan asal bicara lo, tentang bagaimana cara mengusir jenuh.
Seperti sudah disinggung pada artikel sebelumnya, bahwa lakukan hobi emak, bisa menjadi salah satu cara agar terhindar dari baper.

Ya, benar. Hobi jadi salah satu cara mengurangi jenuh dan stres emak. Dengan satu syarat, hobinya tak sampai menguras isi kantong.

Ada yang hobi nonton film seperti penulis nggak?
Tahu nggak, cara penulis menjalankan hobi disela kesibukan mengurus anak, suami, dan pekerjaan sekaligus? Apa harus ke bioskop? Bawa pasukan jagoan neon yang bakal jejingkrakan ke bioskop? 

Ah, nggak kok. Intip cara sederhananya penulis yuk.

Ini dia contohnya.
Rencana dimulai sejak siang hari. Rapikan pekerjaan yang tersisa, dan saat ada waktu luang barang satu atau dua jam, segera tidur. Soal masakan untuk anak dan suami yang akan segera pulang ke rumah, pesan saja via gojek (saran praktis). Nah setelah bangun tidur, tubuh segar, anak-anak dan suami sudah tiba, emak sudah fit mengurus mereka. Anak dan suami kenyang, sudah mandi, belajar sebentar, lalu malam mereka bersiap tidur.
Lalu, emak tidur juga?
Enggak dong... emak sudah ancang-ancang ingin menonton film. Tak harus ke bioskop lho. Kan ada internet. Film-film bagus bisa ditonton lewat channel streaming. Beli paket internet. Bersiap duduk manis di depan meja. Film pun diputar. 
Kenapa penulis suka nonton sendirian? Karena menangis pun karena melodramanya membuat sedih, tak ada yang mengejek. Biasanya suami suka iseng kalau ikutan nonton. Suami penggemar film kungfu sih.
Oh, ada satu yang ketinggalan, serantang tempe mendoan, yang sisa anak-anak dan suami makan malam, juga secangkir kopi menemani acara nonton malam. Nonton sendirian, sambil ngopi dan ngemil tempe, luar biasa nikmatnya. Tak tertandingi. Sederhana dan kena kan?

So, Emak, cari bahagiamu sendiri ya...

Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia


Minggu, 22 Desember 2019

Ibu, Buat Apa Baper? Bikin Lapar.


Moms, pernahkah merasa sangat sedih, emosi, jengkel, sampai pengen ngacak-ngacak isi rumah?

Sepertinya rata-rata para wanita, apalagi yang berstatus ibu, pernah mengalami kondisi mental sangat drop ya? Apalagi saat PMS, badan keram, perut nyeri, lelah pekerjaan, terus ada yang "nyenggol", langsung kepengen "bacok" deh.

                                                              


Satu contoh nih, pengalaman penulis sendiri. 

Suatu sore, setelah menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk, dan dikejar deadline. Sudah gitu, dekat lagi sudah tanggalnya jadwal bulanan. Letih rasanya dan sangat ingin menggelepar di atas ranjang dipan kayu, di dalam gubuk cinta. Tapi Qodarullah, ada tamu bertandang.

Sebagai seorang muslim, wajib hukumnya melayani tamu semaksimal mungkin, sebagai tanda iman kepada Allah.

Subhanallah, tamu yang datang adalah salah satu kerabat yang bermulut sangat blak-blakan. Dengan lancar dan tanpa beban, tamu berujar, "Rumahnya masih seperti dulu ya, Bu. Belum ada perubahan apa-apa. Belum mampu ya, Bu, nambahin bangunannya?"

Rasanya itu, Nyess...

Seperti tumpukan daun kering tersulut puntung api. Telinga yang ditudung hijab pun rasanya hangat sekali. Cuma asapnya saja yang tak mengepul. Entah kenapa penulis yang biasanya manis dan penyabar ini, sangat ingin berubah wujud, menjadi macan betina. Ingin rasanya menggaruk mulut tamu tanpa etika itu.  

Sepulang tamu tersebut, jelaslah penulis yang budiman ini langsung meluapkan semua emosi. piring-piring dan gelas sajian dicuci dengan segenap jiwa. Digosok dengan serbuk abu gosok hingga hilang sisa-sisa aroma makanan dan minumannya. Pun kemudian beradu kepada kekasih, betapa ketidaksopanan tamu itu, bikin emosi jiwa.

Apa sahutannya?

Buat apa diambil hati? Toh dia tak tahu yang kita jalani. Biasanya umi santai aja. Tak usah baper lah. Kamu ibu dan istri, jangan buang energi untuk hanya sekedar baper. Beban umi sudah sangat berat. Kalau selalu baper, nanti umi tambah sering laper. 

Benar juga ... Sudahlah beban berat, timbangan juga jadi nambah berat. Oh, tidak!

Yup, buat apa memperdulikan semua ucapan orang lain, yang tak pernah tahu apa yang kita alami. Hanya menguras energi saja.

Pertanyaannya. Bukankah sulit ya untuk tak baper(kebawa perasaan)?

Iya sih. Baper memang sangat sulit dihindari. Apalagi kalau kondisi sedang akan PMS. Tapi dari pengalaman penulis, ada empat tips sederhana yang bisa dilakukan untuk bisa menghindari baper berlebihan.

  • Anggap angin lalu penyebab baper.
Jika Moms terlanjur lelah dan ada sesuatu yang tiba-tiba membuat moms baper, anggap saja itu "iklan" televisi yang tak kita suka. Tinggal ganti channel saja.


  • Moms adalah pilar keluarga, jangan baper.
Moms, buat apa baper karena orang lain, di luar keluarga kita. Bukankah, orang lain tidak akan bisa menentukan kehidupan keluarga moms akan bagaimana. Bahagia dan tidaknya, moms sendiri penentunya.


  • Saat akan PMS, luangkan waktu untuk memanjakan diri dan istirahat cukup.
Kalau lagi PMS, sulit lo mengendalikan hormon. Emosi pun kadang meledak-ledak. Tapi ada caranya lo biar lebih rileks saat PMS. 
Moms, tentu moms punya hobi kan? Nah, jadwalkan hobi di tanggal masa PMS. Buat diri moms senang. Dengan beraktifitas sedikit lebih banyak di masa PMS, juga akan mengurangi keram perut karena PMS.
Selain itu, jangan kurang tidur. Istirahat yang cukup akan membantu mengendalikan emosi moms.
Tips tambahan moms, hobinya jangan yang menghabiskan uang belanja moms. Bukannya senang malah tambah membuat kepala serasa melayang. Hehe...

  • Atur jadwal.
Jika Moms bekerja, atur jadwal sebaik mungkin. Jangan biasakan menumpuk pekerjaan. Cicil satu persatu pekerjaan agar tak kewalahan. IRT pun begitu juga. Cicil sedikit-sedikit pekerjaan rumah tangga. Kalau sudah lelah istirahat dulu. Jangan dipaksakan. 



Lalu bagaimana jika yang membuat baper adalah mertua?


Ah, gampang. Tinggal belikan saja sate kambing kesukaan ayah mertua. Atau martabak surban super nikmat, kesukaan ibu mertua. Anggap saja mertua sedang bercanda dengan ucapannya.

Ingat lo, mertua itu adalah orangtua, yang mau apapun dikatakannya tak akan bisa dibantah. Ridho orangtua adalah ridho Allah.

Hukum Mutlak berlaku. Orang tua yang melahirkan kita selalu benar. Hahaha....

Wajib lo hukumnya bertingkah laku, berkata, dan bertindak yang baik terhadap orang tua, meskipun berbeda agama. Apalagi hanya sekedar berbeda pandangan.

Oke deh, sampai disini dulu bahasan kali ini.
Sampai ketemu ....
Salam manis dari penulis yang paling kece.


Tulisan ini diikutsertakan dalam blog challenge Indscript Writing 'Perempuan Menulis Bahagia